Rabu, 13 April 2016

Arang dan Abu

Sepasang kaki yang melangkah ragu-ragu
Jarinya mengetuk daun pintu hanya sekali
"Tok..", tapi hanya bunyi angin yang terdengar
Lama ia pandangi
Lama ia renungi
Lantaran hina telah ia sandang sedari pandai mengaum
Toh, lama kelamaan nyalinya bak arang yang menunggu waktu untuk menjadi abu
Hingga sang angin yang tak tega
Mulai merayu-rayu agar jangan terburu-buru berputus asa
Dihembuskannya semangat dan tekad baja agar hina tak lagi hinggap
Hingga sang arang perlahan mengeluarkan percikan api kecilnya
Tak apalah, api kecilpun mampu membakar hutan jika ia mau
Dan disinilah ia kini didepan daun pintu yang sudah lama berlumut
Memikirkan untuk tidak lagi mengetok apalagi menengok
Kedua tangannya ia kepalkan kuat-kuat
Sekali dobrak...ia tak ingin menjadi abu
Yang nantinya diterbangkan angin lalu hilang tak berbekas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar